Selasa, 05 Januari 2010

MAN Panekan Magetan

Islami dan Unggul
JANGAN kira madrasah itu sekolah nomor dua. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Panekan Magetan pingin membalik penilaian keliru itu guys. Makanya, sekolah ini memilih sebutan lain yaitu Madralinspa (Madrasah Lingkungan Sehat Panekan). Pemilihan nama itu ternyata manjur. Buktinya, Madralinspa pernah meraih juara III Lomba Lingkungan Sehat Sekolah (LLSS) se-Jatim, pada 2007.

Kepala Madralinspa, Pak Noor Syamsi, memang ingin madrasahnya selalu unggul, Islami, sehat, and mampu menghadapi tantangan zaman. Berbagai program sengaja disiapkan. Pak Noor tak lupa gencar melengkapi fasilitas sekolah demi meningkatkan mutu pendidikan di madrasahnya. ‘’Sekarang juga sudah terbangun dua kampus yang berdekatan dan berhadap-hadapan,’’ katanya.

Tak mau tanggung, Madralinspa kini udah punya laboratorium bahasa, IPA, dan komputer. Metode pembelajaran yang ada juga sering pakai LCD. Selain itu, tersedia area hotspot. Makanya, Madralinspa siap bersaing dengan sekolah lainnya. Hebat gak tuh.

Eits, jangan salah lho, di madrasah itu yang dipelajarin nggak cuma agama doang. Di Madalinspa, porsi pelajaran agama dan umum berbanding 70 persen dengan 30 persen. Pak Noor Syamsi mengaku, tak menginginkan anak didiknya ketinggalan di pengetahuan umum. ‘’Agar siswa juga mampu bersaing di era global sekarang ini,’’ terang Pak Noor lagi.

Jumlah siswa Madralinspa dari tahun ke tahun terus meningkat lho. Lokal kelas pun akhirnya harus ditambah. ‘’Beberapa rencana pengembangan pada tahun ini adalah penambahan lokal kelas, pengadaan green house dan melengkapi tiap ruangan kelas dengan fasilitas audio visual,’’ imbuh Pak Haris Fauzi, Waka Sarana Prasarana. (*)

Sebelum KBM, Baca Alquran Dulu
ADA ‘menu sarapan’ harian di Madralinspa. Tiap pagi –sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung—selalu membaca Alquran. Itu udah wajib dilakuin and selalu rutin. Anak-anak dibimbing guru yang mengajar di jam pelajaran pertama. Nggak lama kok baca Alqurannya, cuma 30 menit. Abis itu, KBM berjalan seperti biasa.

Masih ada lagi rutinitas salat Dhuha pada jam istirahat. Jamaahnya bergilir perkelas. Membaca Alquran dan menunaikan salat Dhuha itu, menurut Pak Mustofa (pembimbing bidang keagamaan), bisa nenangin pikiran dan mendapat kedamaian. Selain itu, salat Duhur berjamaah.
Karena salatnya masih di musala, jamaahnya harus bergilir. Yang pertama, giliran anak cowok. Trus, gantian cewek hingga yang belakangan punya lebih kesempatan mengambil air wudu. ‘’Masak mau salat gak wudu, kebangeten itu namanya,” kata Pak Tofa.

Pak Tofa juga bakalan bersikap tegas jika mendapati siswa-siswinya nggak salat di sekolah. Langsung deh, pembimbing bidang keagamaan itu pasang wajah galak.

Ada lagi yang mungkin nggak ada di sekolah lain. Yakni, ekstra kulikuler (ekskul) yang dinamakan muhadlarah. Apa itu? Muhadlarah adalah kegiatan belajar berpidato dengan berbagai bahasa. Mulai pidato Bahasa Inggris, Arab, Indonesia sampai Jawa. ‘’Bahasa itu tidak cukup hanya dipelajari tapi juga harus dipraktikkan,’’ terang Pak Agus Supriyanto, Waka Kesiswaan.

Karena sering bermuhadlarah, anak Madralinspa pernah menyabet juara I lomba pidato se-Karesidenan Madiun dan juga mewakili Magetan untuk Porseni di Kediri.
Selain muhadlarah, juga ada ekskul qiroah yang diadain setiap Selasa. Suara khan nggak hanya buat nyanyi, tapi juga bisa untuk qiro. Anak-anak Madralinspa yang punya bakat suara bagus, bisa ikut ekskul ini agar juara 1 lomba qiroah tetap berada di Panekan. (*)

Mewakili Magetan di Lomba UKS se-Jatim
HEBAT juga Madralinspa. Gimana nggak? Sekolah ini ditunjuk lagi mewakili Magetan dalam lomba Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tingkat Jawa Timur. Bukan asal tunjuk, karena Madralinspa pernah menjadi jawara sekolah sehat.

Waktu tim penilai yang datang pada 20 November lalu nggak hanya mengatai ruang UKS saja. Tapi, hampir seluruh lingkungan madrasah nggak luput dari penilaian. Mulai dari adminitrasi ruang UKS, sanitasi, sarana prasarana, sampai lingkungan di radius sekitar 500 meter. ‘’Madrasah yang sehat itu selalu menjalankan Trias UKS,’’ kata Nasrudin, salah satu Kader Kesehatan Remaja (KKR).

Trias UKS, jelas Nasrudin, terdiri dari pendidikan kesehatan di sekolah, tersedianya pelayanan kesehatan, dan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat. Nah, seorang KKR harus rajin memberikan penyuluhan tentang kesehatan. ‘’Senang saja dipercaya sebagai kader kesehatan,’’ ujarnya.
KKR sendiri bergerak di banyak bidang lho. Mulai dari kesehatan reproduksi remaja, ketersediaan gizi, PMR, tanaman obat keluarga (toga) dan segala hal menyangkut kesehatan. Ini semua demi terwujudnya generasi muda yang sehat. Seluruh KKR Madralinspa juga berkewajiban menginformasikan ke masyarakat akan pentingnya hidup sehat.

Masih soal kesehatan. Ketika Radar Madiun mengadakan lomba mading, crew Madinah (Majalah Dunia Anak Madrasah) Madralinspa sengaja mengangkat tema ‘’The Healty Environment and Promoting School”. Itu nunjukin kalo madrasah ini amat peduli terhadap hal-hal yang menyangkut kesehatan. Yang bikin bangga lagi, mading Madinah akhirnya berhasil meraih juara III lomba mading yang digelar di Sri Ratu itu. (*)

Kompak, Juara pun Didapat
NGGAK ada yang nggak mungkin. Binti Latifah dan Aprilia awalnya nggak punya target muluk
saat mengikuti Porseni Jatim di Kediri, bulan Juni lalu. Nggak disangka, ternyata mereka bisa menjuarai nomor ganda putri tenis meja di ajang itu. Binti dan April sengaja tampil lepas saat menghadapi lawan-lawannya. ‘’Kadang menyerang, tapi ada kalanya juga harus bertahan,’’ kata Binti dibenarkan April.

Selain itu, Binti dan April tak sedetik pun mau kehilangan konsentrasi pada arah lari bola di atas meja pingpong. Apalagi, keduanya sudah melatih kekompakan. Bermodal main kompak, Binti dan April mampu mengimbangi permainan lawan. Piala juara II nomor ganda putri akhirnya berhasil dibawa pulang ke Panekan. ‘’Hilang konsentrasi berarti juga hilang kekompakan,’’ ungkap Binti.

Keberhasilan Binti dan April tak lepas dari peran Pak Suparno, pembina cabang olahraga tenis meja di Madralinspa. Meski, instruksi Pak Suparno kadang membuat telinga keduanya sampai gatal. ‘’Itu karena Pak Parno ingin kami berdua menang di setiap pertandingan. Tidak ada lawan yang tak bisa dikalahkan,’’ ujar April menirukan instruksi Pak Parno.

Tentunya, perasaan Binti dan April bangga banget karena udah mengharumkan nama madrasah dan Kabupaten Magetan. Tapi, keduanya nggak lantas berpuas diri. Setelah juara di tingkat provinsi, inginnya meningkat ke pentas nasional. (*)

Salurkan Bakat Jurnalistik
lewat Majalah Sekolah
MADRALINSPA lagi merintis penerbitan majalah sekolah lho. Namanya Madinah, singkatan dari majalah dunia anak madrasah. Saat ini, para crew-nya lagi nyiapin bahan-bahan yang mau diterbitkan di edisi perdana nanti.

Wih, ternyata nggak gampang jadi anak majalah. Butuh kemauan dan keberanian. Selain itu, bakat serta minat. And, yang nggak kalah penting kreativitas, biar bisa menyajikan sesuatu yang menarik. ‘’Rencananya, majalah ini akan terbit setiap semester. Kalau melihat antusiasme tim Madinah, saya yakin akan memberi dampak positif bagi madrasah,’’ kata Bu Nanik Rubikah, guru pembina.

O..ya, penggarapan Madinah ini nggak cukup dilakukan 1 atau 2 orang saja. Tapi, melibatkan banyak siswa. Tentunya dipilih yang punya minat dan bakat di bidang jurnalistik. ‘’Pengalaman yang dimiliki guru dan siswa banyak juga. Seperti kompetisi jurnalistik, bimbingan dari praktisi jurnalistik, juga mengacu dari majalah atau tabloid pendidikan yang ada,’’ terang Bu Nanik.

Raden, pimpinan redaksi Madinah berharap, adanya Madinah bisa menampung karya siswa Madralinspa. Sehingga, bakat, minat, dan potensi mereka bisa berkembang. ‘’Persiapan kami cukup rumit. Untungnya, para crew solid banget and punya semangat tinggi biar majalahnya bagus bisa terbit tepat waktu,’’ ucap Raden.

Yang bikin anak-anak tambah semangat, kata Raden, majalah ini nantinya akan jadi majalah pertama di Magetan yang dikeluarkan oleh madrasah. Hebat kan! So, pastinya banyak yang menanti-nanti terbitnya majalah karya anak-anak Madralinspa ini. (*)

Dari Hadrah sampek Underground
BIAR sekolahnya di madrasah, bukan berarti anak-anak Madralinspa nggak kenal yang namanya band lho. Sekolah ini juga punya banyak grup band. Alirannya macem-macem, mulai dangdut, pop, regae, rock, sampek underground. Emang sih, nggak sehebat band papan atas kayak Ungu ato ST12, tapi kalo di tingkat lokal saja, skill berani diadu deh.

Tapi jangan salah, musik bernuansa Islam seperti hadrah dan qasidah juga nggak dilupain. ‘’Sekolah kami memang ada di desa, tapi soal tren musik, anak-anak tidak mau ketinggalan,’’ kata Pak Edi Purnomo, guru kesenian Madralinspa.

Band maupun grup hadrah Madralinspa itu nggak jarang dapat tawaran ngisi acara tertentu. Dan, yang bikin semua pada salut, menyadari minat dan bakat masing-masing, mereka nggak pernah punya rasa ingin saling menjatuhkan.

Nggak cuma punya interes pada musik, hampir setiap tahun ada saja siswa Madralinspa yang menyabet prestasi di bidang seni. Nur Trya Ningsih dan Siti Khasanah contohnya, pernah mewakili Kabupaten Magetan di ajang Porseni tingkat Jawa Timur. ‘’Seneng banget dan dipercaya kabupaten untuk mengadu skill di Porseni,’’ kata mereka berdua. (*)

Kamis, 31 Desember 2009

SMA Negeri 1 Pilangkenceng Kabupaten Madiun

Punya Program Ganda untuk Siswa
UMUR 10 tahun itu, kalo seukuran bocah, masih kelas 4 SD (sekolah dasar). Tapi, SMAN 1 Pilangkenceng (Smapi) Madiun yang tahun ini genap merayakan satu dasawarsanya, udah berpikiran jauh. Bagaimana tidak? Sekolah ini berani menyodorkan pilihan ke siswa-siswinya. ‘’Ada dua tawaran. Mau melanjutkan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja setelah lulus,’’ kata Pak Agus Supriyanto, Kepala Smapi.

Pak Agus mengaku tahu diri. Coz, emang nggak banyak lulusan Smapi yang nerusin ke perguruan tinggi. Pihak sekolah akhirnya nyiapin program ganda. Yang ingin kuliah digenjot pengetahuan akademiknya. Sedang yang nanti mau masuk ke bursa kerja, bisa ikut pelatihan kerja. ’Tidak perlu khawatir, sekolah yang menyediakan pelatihan kerja,’’ terang Pak Kepsek yang suka nonton pagelaran wayang kulit ini.

Penjelasan Pak Agus itu didukung Pak Djumadi, guru bimbingan dan konseling (BK). Menurutnya, Smapi udah menjalin kerja sama dengan Muspika setempat (Camat, Danramil, dan Kapolsek Pilangkenceng), Disnakertrans, KLK perguruan tinggi negeri dan swasta, serta lembaga pendidikan profesi. Lho, kok dilatih sama tentara dan polisi segala? ‘’Karena cukup banyak anak yang beminat menjadi anggota TNI dan Polri,’’ jelas Pak Djumadi.

Bahkan, menurut bapak empat putra itu, Disnakertrans pernah nggandeng PJTKI datang ke sekolah. Bukan mau pamer TKI lho. Tapi, memberi informasi tentang bursa tenaga profesional yang dibutuhkan perusahaan di luar negeri. Selain itu, KLK perguruan tinggi negeri dan swasta langsung ngadain pelatihan kerja. ‘’Antusiasme siswa luar biasa karena mereka memang merasa membutuhkan,’’ ungkap Pak Djumadi.

Langkah maju Smapi itu klop banget sama kemasan ultah sekolah ke-10 yang digelar gede-gedean. Banyak yang ditampilkan. Mulai dari patrol, parade dongkrek –diikuti kontingen SDN Kedungbanteng 2, SMPN 2 Pilangkenceng, dan Smapi--, wayang kulit, sampai pementasan wayang bening.

Malam puncak perayaan ulang tahun digelar 7 November lalu. Kepala Smapi Pak Agus Supriyanto tak dapat menyembunyikan kegirangannya. Apalagi, kursi undangan penuh sesak. Selain mengundang sejumlah instansi dan tokoh masyarakat, seluruh wali murid kelas X sampai XII diundang semua. Ultah kali ini emang beda dari biasanya. ’’Ini sesuai visi sekolah, yaitu menjadi kepercayaan masyarakat,’’ ungkap Pak Agus.

Menurut Pak Kepsek, ide nampilin wayang dan dongkrek berasal dari siswa. Ee, sekolah lain dan seniman mendukung. Nah, bapak-ibu guru di Smapi akhirnya memilih tut wuri handayani. ‘’Anak-anak ternyata mampu berkreativitas,’’ kata bapak kelahiran 1962 ini.
Even sebesar itu tentunya butuh persiapaan yang nggak main-main dong.

Menurut Chandra Sam, ketua panitia, persiapan memakan waktu satu bulan. Sem –panggilan Chandra Sam— sengaja melibatkan banyak sponsor layaknya event organizer beneran. ‘’Panitia bagi-bagi tugas mencari sponsor. Sering banget ditolak mentah-mentah ketika menawarkan kerja sama, tapi kami tetap semangat,’’ kata Sam. Congratulation dech buat Smapi. (*)

Siaran R-GAS FM Smapi Selalu Ditunggu
‘’MET siang R-GAS Lovers, kamu-kamu tetap bersama R-GAS FM di 104,20 Mhz yang dipancarsiarkan langsung dari Jalan Raya Pilangkenceng 15 Kecamatan Pilangkenceng.‘’ Itu sapaan pertama yang kerap kali terdengar setiap R-GAS FM on air.

Asal tau saja, R-GAS adalah singkatan Radio Generasi Anak Smapi (SMA Negeri 1 Pilangkenceng). Nah, R-Gas Lovers itu sebutan bagi pendengar setia R-GAS FM.
Smapi emang gudangnya yang unik-unik deh. Yang paling gres and ok banget, ya ekstra kurikuler (ekskul) siaran radio itu tadi. Bahkan, sekolah sengaja ngadain diklat tentang seluk-beluk radio, beberapa waktu lalu.

Makanya, anak-anak Smapi kini udah pandai cuap-cuap di depan mik. ‘’Untuk menyiapkan siswa dan siswi kalau kelak ingin bekerja di dunia broadcasting,’’ terang Pak Suwandi, pembina ekskul radio.

Manfaat yang mudah dilihat, anak-anak yang aktif di ekskul radio akan lihai jadi presenter kegiatan di sekolah maupun acara di luar. Mereka tak canggung saat berada di atas panggung dan dilihat banyak orang. ‘’Saya lihat sudah lumayan bagus membawakan acara di berbagai kegiatan,’’ ungkap Pak Suwandi.

Nggak lebay, karena Lia, penyiar senior di R-GAS FM, mengaku pernah ditawarin on air di salah satu stasiun radio ternama di Madiun. Namun, Lia terpaksa menolak lantaran waktunya berbarengan dengan jadwal ujian. ‘’Semakin banyak yang tertarik ekskul radio,’’ ujarnya.

Kata cewek yang hobi nonton bola itu, R-GAS FM punya beberapa acara unggulan. Di antaranya, Curhat Pendidikan yang waktu siarnya Sabtu pukul 19.00 sampai 21.00. Nggak perlu heran kalo Curhat Pendidikan punya banyak pendengar setia.

Nggak heran juga kalo siaran R-GAS FM selalu ditunggu. Apalagi, R-GAS Lovers bebas ngeluarin pendapat and curhat soal pelajaran ‘’Lagian narasumbernya langsung dari bapak ibu guru BK (bimbingan konseling),’’ terang Lia.

Masyarakat Pilangkenceng pun ikut merasakan faedah siaran R-GAS FM. Sebab, pelaku usaha bisa ikut berpromosi. ‘’Selain media hiburan, R-GAS FM bisa menjadi media komunikasi sekolah dengan masyarakat Pilangkenceng dan sekitarnya. Terutama dengan wali murid yang menyekolahkan anaknya di sekolah kami,’’ kata Pak Agus Supriyanto, Kepala Smapi. (*)

Tampil All Out, Juara II
se-Kabupaten Pun Disabet

INI nich prestasi terbaru anak-anak Smapi. Retno Wulandari, Endri Citra, and Medha Arum-- berhasil menyabet Juara II Pembiasaan Bahasa Inggris se-Kabupaten Madiun. Prestasi mereka itu tak urung ikut mengharumkan nama SMAN 1 Pilangkenceng.

Padahal, mereka awalnya nggak terlalu pede gitu. Coz, peserta dari sekolah laen lebih meyakinkan. Apalagi, persiapannya hanya dua minggu. Tapi, Retno, Citra dan Medha mampu menjaga semangat hingga tampil all out. Soal menang atau kalah, itu mah belakangan. ‘’Cuma berharap yang terbaik aja buat penampilan kita,” kata Retno yang juga biasa disapa Wulan ini.

Sebenarnya apa sih yang jadi kiat sukses mereka? ‘’Jelas artikulasinya, keras, and jangan grogi,” jawab Citra. Suara yang keras, tambah Medha, emang ikut jadi penentu. Biar para juri bisa denger semua yang dilafalkan. Waktu latihan dua minggu juga digunakan sebaik-baiknya untuk ngafalin naskah. ‘’Bukan hal mudah mempelajari bahasa Inggris. Aku sendiri nggak nyangka bakal menang,” ujarnya.

Asyiknya lagi, prestasi yang diraih Retno, Citra, and Medha menular ke teman-temannya yang ikut lomba pembiasaan bahasa Jawa. Mereka juga mampu meraih prestasi, walopun cuma juara harapan. Cukup bukti aja bahwa Smapi itu juga bisa disejajarin ama sekolah lain. (*)

Punya Hotspot, Jadi Gak Gaptek Deh
SEKOLAH boleh ndeso, tapi soal teknologi, Smapi nggak mau ketinggalan. Mau bukti? Smapi itu udah punya hotspot. Di mana pun para siswa berada –asal masih ada dalam jangkauan- mereka bisa mengakses internet. ‘’Kalau lagi nongkrong di kantin jadi makin asyik aja karena bisa browsing dan chatting sepuasnya. ” ujar Fani, siswa Kelas X.

Oh ya, hotspot area di Smapi itu juga memudahkan pembelajaran TIK (teknologi informasi komputer). Dijamin deh, anak-anak Smapi nggak gaptek (gagak teknologi). Selain betah berlama-lama di kantin sambil browsing dan chatting, mereka kerasan belajar di lab TIK. ‘’Ini segi positifnya,’’ kata Pak Jangkung Suprianta, guru pembina TIK.

Nggak cuma main-main sama komputer, Smapi pernah menyabet juara 2 Lomba Presentasi Berbasis IT tingkat Karesidenan Madiun lho. Selain itu, meraih Juara 1 Olimpiade Komputer tingkat Kabupaten hingga dipercaya maju ke provinsi. Hebat kan! ‘’Tak disangka, ya karena anak-anak mau belajar teknologi dengan memanfaatkan hotspot,’’ terang Pak Jangkung.

Yach, domisili boleh berada di kampung, soal perkembangan teknologi nggak mau kalah ama anak metropolis. Apalagi, mampu menunjukkan prestasi. (*)

Raih Penghargaan Guru Kreatif dari Pak Bupati
SMAPI emang sekolah mewah, maksudnya mepet sawah. Tapi, jangan salah, kreativitas gurunya nggak kalah sama sekolah yang ada di kota. Seperti yang ditunjukkan Pak Jangkung Supriatna, guru seni budaya dan TIK.

Pak Jangkung ini mampu menciptakan sebuah karya seni yang unik dan bisa jadi yang pertama di dunia. Apaan yach? Pada penasaran kan?!
Adalah wayang bening, karya inovativ Pak Jangkung itu. Disebut begitu karena wayang ini seperti mengeluarkan cahaya. ‘’Ya, kata wayang bening itu muncul spontan aja,’’ kata Pak Jangkung.

Nggak cuma jadi inovasi baru dunia pewayangan, lewat Wayang Bening itu Pak Jangkung mendapatkan penghargaan dari Pak Bupati Madiun. ‘’Alhamdulillah saya mendapatkan penghargaan sebagai guru kreatif pemrakarsa wayang bening yang dserahkan saat upacara Hari Guru dan HUT PGRI di pendopo Kabupaten Madiun 25 November lalu,’’ kata Pak Jangkung.

Wayang bening karya Pak Jangkung ini emang lain dari yang lain. Kalo biasanya wayang ditampilkan di depan layar, ini di belakang layar. Didukung efek pencahayaan, jadinya wayang ini unik banget. ‘’Memang pertunjukkan wayang ini saya buat berbeda, agar anak muda sekarang mau nonton wayang,’’ tambah guru jebolan FKIP Udayana ini.

Lewat wayang bening itu pula pak guru yang wajahnya mirip Ponky Jikustik itu berharap anak muda jaman sekarang peduli pada kelestarian budaya tradisional. Dan, kreativitas bapak yang akrab disapa Pak Jey nggak berhenti di situ aja lho. ‘’Saya akan terus berkarya,’’ ucap pria 38 tahun itu.

Pengen tau nggak kesan warga saat menonton wayang bening? Saat dipentaskan pada perayaan dies natalis Smapi, wayang ciptaan Pak Jey itu bikin masyarakat terkagum-kagum lho. ‘’Weh-weh, wayange apik tenan,’’ ujar salah satu warga Pilangkenceng. ‘’Gila abiez….hebat bener Pak Jey,’’ tambah Chandra, ketua panitia dies natalis SMAN 1 Pilangkenceng. (*)

Senin, 30 November 2009

Welcome

Welcome to Exmud Online.
 
Copyright 2009 Exmud Online. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase